Cuaca merupakan salah satu faktor paling dominan penyebab Alergi. Berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan banyak pakar kesehatan iklim tropis yang sering melanda Indonesia menyebutkan, pergantian cuaca merupakan salah satu faktor paling dominan sebagai penyebab terjadinya kasus-kasus alergi.
Selain debu rumah, tungau bulu binatang, tepungsari tumbuhan, sengatan serangga, kosmetika, obat-obatan, makanan tertentu, bumbu masakan yang kini disinyalir sebagai penyebab alergi yang tak kunjung terdeteksi, cuaca juga merupakan faktor yang cukup sering dijumpai dalam kasus-kasus alergi, meskipun lebih susah untuk dihindari katimbang faktor-faktor lainnya.
Akhir-akhir ini cuaca di Indonesia kita rasakan sering tidak menentu. Kadang-kadang hujan, kadang-kadang panas, padahal BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) telah sering menetapkan bulan-bulan tertentu sebagai musim panas atau musim penghujan
Alergi akibat cuaca pada manusia memang tidak menyebabkan kematian. Paling-paling penderita yang bersangkutan terganggu aktifitas kerjanya. Bagaimana akan produktif jika seorang penderita yang tengah melakukan suatu pekerjaan tiba-tiba batuk, bersin-bersin, bahkan meler ingusnya.
Gejala-gejala seperti mata gatal, bersin-bersin, pilek (flu), batuk dari ringan hingga berat sering ditengarai sebagai gejala yang lazim dari serangan awal alergi cuaca, sedangkan keluhan mual, muntah, jarang terjadi sebagai alergi yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Gejala alergi cuaca biasanya kelihatan jelas pada pernapasan dimana terjadi rhinitis alergi serta asma.
Pakar penyakit alergi dr Daniel Irawan menjelaskan, pada kulit gejala dan gangguan yang muncul dapat berupa munculnya bercak-bercak yang bisa berupa warna merah, gatal-gatal, bengkak-bengkak,. sampai sesak napas.
Perubahan cuaca yang terjadi secara drastis lebih sering menimbulkan gejala alergi katimbang hanya panas atau dingin saja. Penderita asma yang dipicu oleh alergi perlu berhati-hati karena perubahan cuaca pada malam hari kerapkali membuat mereka bertambah sesak napas saat beranjak tidur. Alergen (penyebab alergi) pada perubahan cuaca merupakan perubahan cuaca itu sendiri dan orang-orang yang memiliki riwayat alergi terhadap allergen non spesifik lebih sering menunjukkan reaksi yang terjadi akibat perubahan udara.
Para pakar menyebutkan ada tiga jenis alergi cuaca, yaitu cuaca dingin, cuaca panas dan cuaca perubahan dari panas ke dingin atau sebaliknya dari dingin ke panas. Di Indonesia biasanya kasus yang sering dijumpai adalah alergi terhadap cuaca dingin. Diduga hal itu disebabkan keadaan Indonesia yang beriklim tropis, sehingga sudah terbiasa dengan cuaca panas.
Harus diingat bahwa alergi terhadap perubahan cuaca bisa diperantarai oleh zat-zat tertentu seperti misalnya gejala yang muncul di kulit setiap terpapar oleh air dingin ataupun air panas. Setiap perubahan bisa menyebabkan temperatur memicu proses alergi pada orang-orang yang memiliki faktor hipersensitif terhadap penyebabnya, mengingat alergi cuaca sulit dihindari.
Apa yang harus Anda lakukan jika saat ini tengah menderita alergi akibat cuaca? Anda tak perlu cemas karena masih ada cara untuk mengatasinya dengan mengontrol reaksi tubuh lewat berbagai obat-obatan yang berfungsi sebagai antihistamin hingga yang berperan melapangkan saluran napas pada beberapa kasus seperti alergi cuaca yang disertai penyakit asma.
Para pakar, bukan saja di Indonesia, tetapi juga pakar gangguan alergi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, sepakat menganggap bahwa alergi bukanlah penyakit yang harus diberantas, kecuali jika ada gangguan lain yang lebih mempengaruhi fisik sebagai pemicu. Para pakar itu menyarankan agar Anda sebaiknya memandang alergi sebatas sebagai suatu reaksi kepekaan tubuh yang berlainan bagi setiap orang.
Namun mereka juga memperingatkan agar hasil pengontrolan reaksi tersebut perlu diperhatikan, agar gangguan-gangguan semacam alergi cuaca ini tidak menyebabkan penderitanya jatuh ke masalah kesehatan yang lebih serius.
0 komentar:
Posting Komentar